TIMESINDONESIA, SURABAYA - Pemerintah Kota Surabaya menyambut baik peluncuran Yayasan Veritas Edukasi Lingkungan (VEL) yang digawangi oleh aktivis dan mantan jurnalis asal Jerman.
Peluncuran VEL berlangsung di Hotel Sheraton Surabaya. Yayasan ini fokus pada pengelolaan sampah organik maupun anorganik.Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro berharap, ke depan VEL dapat menyentuh masyarakat. Pemkot sendiri melalui DLH sudah melakukan edukasi sejak lama terkait tata kelola sampah dengan membentuk kader lingkungan dan kader hebat.Namun, Hebi mengakui memang masih ada permasalahan terkait optimalisasi evaluasi setelah program itu berjalan. Terutama pada keberadaan bank sampah.
Total di Surabaya ada 600 bank sampah. Namun per hari hanya mampu menyerap 2-3 ton sampah anorganik untuk didaur ulang kembali. Angka itu dinilai masih sangat sedikit. Sementara jumlah sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) baik organik maupun anorganik secara keseluruhan sebesar 1.500 ton hingga 1.600 ton per hari.Maka, Pemkot berinisiatif melakukan kolaborasi bersama Yayasan VEL yang akan membantu kader lingkungan di Surabaya dalam mempromosikan bank sampah dan pengurangan limbah sampah tersebut. "Inilah yang mungkin nanti bisa dikolaborasikan dengan edukasi VEL untuk mem-blow up kemudian meningkatkan pengurangan sampah di level masyarakat," katanya, Sabtu (4/11/2023).Karena 60 persen sampah di Kota Surabaya berasal dari limbah rumah tangga. Belum lagi sampah dari restoran dan hotel yang menyumbang angka 50 persen. Memang sudah ada beberapa off taker membantu pengelolaan. Pemkot Surabaya telah membuka jalinan kerja sama dengan pihak mana saja. Termasuk VEL dalam waktu dekat.
"Justru inilah yang akan kita bangun nantinya. Pemerintah tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya investor-investor dari luar untuk ikut serta mengelola sampah," ujar Hebi. Sebab, lanjutnya, APBD Kota Surabaya saat ini terbatas hanya untuk sosial dan pendidikan. "Untuk lingkungan ini yang kurang sehingga perlu adanya kerja sama dengan VEL untuk juga mungkin bisa menggaet dana dan sebagainya," ucapnya. Sementara itu, Direktur VEL Benedict Wermter mengungkapkan jika Yayasan VEL di Surabaya merupakan pilot project. Kebersihan dan penanganan sampah di kota ini menjadi acuan bagi daerah lain."Karena sadar penanganan sampahnya sudah lebih baik, maka dari itu kita mulai dari Surabaya dan kita mau aplikasikan ke kota-kota lain," ucap Direktur VEL Benedict Wermter .
VEL didirikan untuk meningkatkan kesadaran terhadap pencemaran lingkungan dan mendidik masyarakat Indonesia tentang pengelolaan sampah. Program-program foundation mereka bersifat inklusif dan disederhanakan, untuk semua orang. Gratis serta tersedia secara online. VEL memberikan pengetahuan tentang perubahan iklim dan solusi Reduce, Reuse dan Recycle (3R) sampah organik dan non-organik. Yayasan ini menyediakan pendidikan lingkungan hidup secara digital bagi semua orang untuk memenuhi kekurangan pendidikan lingkungan hidup di masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, VEL secara rutin dan strategis menjalankan beberapa program pendidikan dan amal. Yayasan ini kini sedang mencari pendanaan dan mitra strategis untuk meningkatkan dan memetakan program-program tersebut."Untuk pertama kita memang fokus bersama Bule sampah melakukan edukasi dan e-learning kita," ujar Benedict yang juga dikenal sebagai pemilik akun Instagram Bule Sampah ini.
Selain berhasil menjadi host Bule Sampah dengan rata-rata jangkauan mencapai sekitar satu juta akun per bulan, program VEL mencakup memberikan e-learning untuk masyarakat tentang konsumsi dan pembuangan plastik yang saat ini dikembangkan oleh tim VEL. Platform e-learning ini bertujuan untuk menjangkau 100.000 pengguna pada akhir tahun depan. E-learning menyajikan data secara detail."E-learning kita itu lengkap. Fakta-fakta yang kita nggak mungkin nyari, itu akan kita keluarkan dalam aplikasi kita," ucapnya. Selain itu, VEL sedang menyiapkan program pendidikan masyarakat pesisir di sekolah-sekolah di Moluccas serta program donasi surplus pangan.
VEL dipandu oleh Benedict Wermter dari Jerman bersama dengan perusahaan pengelolaan sampah Indonesia Recovered Indonesia (Reco) dengan misi “Membuat Indonesia Bersih Kembali”. Reco mendaur ulang plastik yang sulit didaur ulang dengan fokus pada wilayah pesisir dan daratan terpencil di mana pengelolaan limbah hampir tidak ada. "Kita mau bekerja sama dengan industri juga untuk platform ini. Kita punya network," terang Benedict Wermter. Setelah ini mereka akan bergerak melakukan roadshow dan edukasi. Menyusul aktivitas rutin Bule Sampah yang sudah dilakukan di lapisan masyarakat dan diposting melalui Instagram."Saya percaya pada Indonesia yang bersih dan sejahtera. Saya pikir masyarakat Indonesia sekarang sudah bangun dan menyadari bahwa negara kita sudah penuh sampah. Kami menunjukkan kepada mereka siapa yang bertanggung jawab atas hal ini dan kami menunjukkan kepada mereka jalan keluar dari polusi ini," kata dia.
Ketua Yayasan VEL dan CEO Reco Alex Chandra, menjelaskan, jika membuat Indonesia bersih kembali membutuhkan waktu satu generasi lagi untuk menyelesaikannya. Selain membutuhkan infrastruktur yang baik, juga harus memastikan bahwa generasi ini tidak akan mewarisi kebiasaan konsumsi dan pembuangan yang buruk dari generasi sebelumnya. "Di sisi lain, generasi ini perlu berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah sedini mungkin. Yayasan Veritas Edukasi Lingkungan (VEL) berupaya memberikan edukasi mengenai perubahan perilaku konsumsi dan pembuangan," tandasnya.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Kota Surabaya menyambut baik peluncuran Yayasan Veritas Edukasi Lingkungan (VEL) yang digawangi oleh aktivis dan mantan jurnalis asal Jerman. Peluncuran VEL berlangsung di Hotel Sheraton Surabaya. Yayasan ini fokus pada pengelolaan sampah organik maupun anorganik.(*)
Lely Yuana
|
Media Coverage
1 year ago