Bagaimana jika limbah makanan adalah sebuah negara? 🍽️🌏

Deborah Kezia

|

VEL News

1 week ago

Negara itu akan menjadi penghasil gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia. Mengerikan, bukan?

Di Indonesia sendiri, kerugian dan limbah makanan (Food Loss and Waste / FLW) menyumbang sekitar 7,3% dari total emisi nasional (Bappenas).

Artinya, setiap makanan yang kita buang bukan hanya kehilangan nilai gizinya, tapi juga menguras lahan, air, energi, dan sumber daya alam lain yang digunakan untuk memproduksinya. Dan semuanya menambah beban terhadap iklim kita.

Untuk memperingati Hari Kesadaran Internasional tentang Kerugian dan Limbah Pangan (IDAFLW), Benedict Wermter (@bulesampah) diundang oleh Kedutaan Besar Denmark di Indonesia dan ASEAN untuk menghadiri Makan Malam Nol Limbah — sebuah acara inspiratif di mana setiap hidangan dibuat dari bahan sisa. Cara kreatif untuk membuktikan bahwa semakin sedikit limbah, semakin besar makna di setiap suapan.

Denmark telah menjadi salah satu pelopor dalam mengurangi limbah pangan, dengan solusi inovatif seperti:

  • Aplikasi Too Good To Go yang menyelamatkan makanan dari restoran dan toko,

  • Supermarket WeFood yang menjual produk sisa dengan harga terjangkau,

  • Serta teknologi penyimpanan canggih yang memperpanjang umur bahan pangan.

Langkah-langkah ini bukan hanya ide bagus — tapi bukti nyata bahwa perubahan sistemik bisa dilakukan.

Di Veritas Edukasi Lingkungan, kami percaya bahwa upaya mengurangi limbah makanan tidak berhenti pada kesadaran individu saja. Perubahan sejati terjadi ketika bisnis, pemerintah, dan komunitas bekerja bersama untuk menciptakan sistem pangan yang lebih adil, efisien, dan berkelanjutan.

Bagaimana menurut Anda?, Apa langkah yang bisa dilakukan Indonesia untuk mengadopsi solusi seperti ini — agar kita bisa mengurangi limbah makanan dan emisi karbon, sekaligus menyelamatkan sumber daya alam yang berharga?

 

 

 

What if food waste were a country? 🍽️🌏'

It would be the third largest emitter of greenhouse gases in the world.

In Indonesia alone, food loss and waste (FLW) contributes to 7.3% of our national emissions (Bappenas). This isn’t just about wasted meals, it’s about wasted land, water, energy, and added climate pressure.

To mark the International Day of Awareness of Food Loss and Waste (IDAFLW), Benedict Wermter (@bulesampah) was invited by the Embassy of Denmark in Indonesia and ASEAN in Jakarta to a Zero-Waste Dinner, where every dish was prepared from surplus ingredients. A creative way to show that less waste can truly mean more taste.

Denmark is pioneering innovative solutions, from apps like Too Good To Go, to surplus supermarkets like WeFood, to technologies that extend shelf life and reduce waste. These are models we can learn from.

At Veritas Edukasi Lingkungan we believe reducing food loss and waste is not only about awareness but also systemic change, where businesses, governments, and communities all play their part.

💬 How do you think Indonesia can adapt solutions like these to cut emissions and reduce food waste?

 

 

 

Deborah Kezia

|

VEL News

1 week ago

Help us spread the word.

Please follow @bulesampah on Instagram and TikTok, share and like our content. For business inquiries please reach out to our admin Lina (+49 176 4872 7945)